Innalillahi wa Inna ilaihi roji’un...
#MasDawamPergi
Satu lagi, tokoh yang mempengaruhi banyak cara berpikir anak-anak muda generasi 80-an dan 90-an pergi.
Dan mas Dawam adalah cendekiawan yang teguh, pikirannya teguh, jalan hidup yang teguh sebagai intelektual publik.
Saya mengenal beliau sejak awal di organisasi yang dipimpin pak Habibie, ICMI (Ikatan cendekiawan Muslim se-Indonesia), saya diantar oleh almarhum Adi Sasono yang juga telah pergi.
Mereka adalah sahabat yang baik. Berbeda tapi bersatu.
Yang telah pergi; Prof Amin Azis, Pak Adi Sasono, mas Dawam dan yang masih hidup Prof AM Saefuddin dan Abdillah Taha adalah 5 pendekar LSM yang sering disebut Pandawa lima.
Mereka berlima mendirikan PPA, Pusat Pengembangan Agribisnis untuk membantu UKM.
Lima tokoh ini banyak perbedaan, tapi begitu bicara rakyat dan ummat, mereka bersatu.
Saya bersyukur sering menonton mereka berdebat terutama di markas PPA di Tebet.
Setiap Jum'at sore mereka bertemu dan saya diundang untuk mendengar.
Terakhir saya bertemu mas Dawam dalam keadaan mulai sakit-sakitan saat takziah wafatnya ibu Tuti Alawiyah di Jatiwaringin.
Ia tarik tangan saya ke pinggir. Dalam keadaan lemah ia masih menyampaikan banyak mimpi untuk membangun masyarakat. Rakyat ada dalam darahnya.
Sebagai intelektual yang hidup bersama masyarakat mas Dawam tak hanya peduli dengan isu intelektual, beliau menulis tentang filsafat sampai ekonomi Islam, beliau juga bekerja dalam organisasi, sejak di Prisma tahun 1980 sampai menjadi rektor tahun lalu.
Selamat jalan mas Dawam, semoga Allah SWT menempatkan beliau di sisi-Nya yang mulia.
Kami semua akan menyusul ke haribaan-Nya. Tugas kita adalah meneruskan kerja intelektual dan kemasyarakatan yang beliau telah mulai. Amin.
Twitter @Fahrihamzah 31/5/2018
#fh #fahrihamzah #indonesia