FS.Mandailing Natal(SUMUT)- Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada Jumat (12/10) lalu menyisakan duka bagi keluarga besar Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al Hilaliyah Muarasaladi Kecamatan Ulupungkut. Sebanyak 12 (dua belas) santri MDTA Al Hilaliyah Muarasaladi meninggal dunia pada peristiwa meluapnya air bah bercampur lumpur dan material dari Sungai Aek Saladi.
Parluhutan, seorang guru madrasah yang juga Pembantu Petugas Pencatat Nikah (P3N) Desa Muarasaladi kepada Humas Kemenag Mandailing Natal menyatakan, bencana banjir bandang terjadi saat para santri sedang belajar di madrasah. Peristiwanya terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu, sejumlah santri sedang belajar usai Salat Ashar berjamaah di Masjid Al Ihsan yang berada di samping madrasah atau berjarak sekitar 2 meter.
"Saat berlangsung proses belajar mengajar, tiba-tiba datang suara gemuruh air bah yang cukup besar dan dahsyat membawa material berupa kayu-kayu besar dan batu bercampur lumpur yang menghantam bangunan SD dan madrasah. Hantaman banjir bandang itu cukup besar," tutur Parluhutan.
Air bah besar dan deras yang menghantam bangunan madrasah itu membuat para guru dan santri kaget. Mereka histeris dan menangis serta berteriak minta tolong.
"Allahu Akbar, tolong, tolong teriak para santri dan berusaha menyelamatkan diri," ujar Parluhutan sedih.
Parluhutan berusaha menolong para siswa bersama guru lainnya, Akhyar yang juga Penyuluh Agama Islam Non PNS pada KUA Kecamatan Ulupungkut. Namun, mereka berdua hanya bisa menyelamatkan 17 orang dari 29 santri yang tengah belajar saat kejadian.
"12 orang santri tak bisa kami selamatkan, mereka dihantam air bah. Mereka santri-santri yang baik, mereka penerus agama di kampung ini. Mereka adalah fi sabililllah yang berusaha berjuang menuntut agama Allah. Mereka punya cita cita besar ingin mengangkat derajat dan martabat keluarga dan agama Islam," katanya dengan air mata membasah di pipi.
Kepala Desa Muarasaladi, Armen Rahmad Hasibuan bersama Tim SAR, TNI POLRI, ASN Pemkab dan Kemenag, serta masyarakat melakukan pencarian. Sebanyak 12 santri MDTA yang terbawa air bah berhasil ditemukan. “Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sebagian tertimbun lumpur dan sebagian ditemukan di bawah kayu besar dan batu,” tutur Armen.
Berikut para santri yang menjadi korban yang meninggal dunia adalah :
1. Isroil umur 12 tahun
2. Dahleni umur 10 tahun
3. Apsoh umur 9 tahun
4. Ahmad Idan umur 9 tahun
5. Ahmad Isnan umur 11 tahun
6. Mhd. Riyan Syahputra umur 9 tahun
7. Tiara umur 11 tahun
8. Masitoh umur 12 tahun
9. Alpi Sahri umur 11 tahun
10. Aisyah Aini umur 13 tahun
11. Sohipah umur 10 tahun
12. Mutiah umur 11 tahun
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kemenag Mandailing Natal H. Irfansyah Nasution didampingi Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Asrin turut memberikan kata takziyah saat mendampingi keluarga korban pada prosesi pemakaan. Irfansyah ikut mendoakan agar keluarga yang ditinggal kuat, sabar, dan tabah dalam menghadapi musibah.
"Para santri termasuk husnul hotimah karena mereka dipanggil Allah dalam keadaan fi sabilillah menuntut ilmu, apalagi kedua belas santri ini masih anak anak belum baligh, mudah mudahan menjadi pelita dan penolong bagi orangtuanya di akhirat nantinya," ujarnya.
# dan Kemenag/ARH
No comments:
Post a Comment