FS.Jakarta- Meski masih dirundung duka karena bencana gempa dan tsunami, anak-anak Palu, Sulawesi Tengah, bisa bangkit dan menorehkan prestasi. Melalui Sanggar Seni Teku-Teku, anak-anak Palu mampu tampil dengan baik dan memukau. Mereka berhasil memperoleh gelar Penyaji Terpilih dalam ajang Konser Karawitan Anak Indonesia (KKAI) 2018.
Sanggar Seni Teku-Teku dari Palu, Sulawesi Tengah, menampilkan pertunjukan Lebong-Lebong. Lebong-Lebong adalah salah satu permainan rakyat yang dimainkan di zaman penjajahan Jepang di tanah Kaili, dan sampai sekarang masih dimainkan anak-anak suku Kaili di kota Palu dan sekitarnya. Syair lagu dari permainan Lebong-Lebong ini kemudian disempurnakan oleh Nur Momi Radja, seorang guru sekolah dasar negeri Tatanga, pada tahun 60-an, hingga lagu tersebut dinyanyikan sampai saat ini apabila anak-anak bermain Lebong-Lebong.
Hentakan kaki dan syair Lebong-Lebong menjadi awal dalam garapan musik ini. Anak-anak Palu yang tampil di panggung memegang pundak teman sambil berjalan keliling melingkar hingga seorang anak terjerat dan mendapat hukuman. Unsur bunyi dalam garapan musik Lebong-Lebong berasal dari gimba (gendang) dan rebana yang sudah dikreasikan dengan dipadukan melodi kakula (gamelan). Harmonisasi melodi tersebut mengiringi lagu Lebong-Lebong yang diaminkan secara dinasmis dan atraktif dengan tidak meninggalkan unsur-unsur tradisi.
Selain Sulawesi Tengah, ada empat provinsi lain yang juga mendapatkan apresiasi sebagai Penyaji Terpilih dalam Konser Karawitan Anak 2018, yaitu Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Bali. Selain itu ada juga kategori Pemusik Terpilih yang diterima oleh Provinsi Jambi, Kalimantan Utara, DKI Jakarta, Riau, dan Aceh. Kemudian kategori Penata Musik Terpilih diraih oleh 10 provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Maluku, Papua, Sulawesi Utara, Riau, Sumatra Utara, DI Yogyakarta, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat.
Konser Karawitan Anak Indonesia 2018 yang diikuti sanggar seni dari 31 provinsi ini berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada tanggal 24 s.d. 28 Oktober 2018. Pertunjukan digelar selama tiga hari, yaitu 25 s.d. 27 Otober 2018, dan diamati oleh Tim Pengamat untuk diberikan apresiasi. Tim Pengamat terdiri dari lima orang yang merupakan seniman musik, yaitu Suhendi Afryanto, Gilang Ramadhan, Bens Leo, Embi C. Noer, dan Jabatin Bangun. Beberapa hal yang menjadi objek pengamatan Tim Pengamat dalam memberikan apresiasi antara lain penguasaan panggung; penguasaan materi, instrument dan vokal; kreativitas dan inovasi; serta penggalian tradisi dan warna lokal atau kedaerahan.
Staf Ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman menyatakan kebanggaannya atas prestasi dan penampilan anak-anak Indonesia dalam Konser Karawitan Anak Indonesia 2018. “Kita menemukan hal-hal yang sangat luar biasa atas anugerah kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya dalam bentuk seni musik karawitan, atau musik tradisi yang mengandung kearifan lokal dari tiap provinsi,” katanya saat menutup Konser Karawitan Anak Indonesia di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (27/10/2018).
Arie juga mengapresiasi anak-anak Indonesia yang berhasil tampil dengan baik, khususnya dari Provinsi Sulawesi Tengah. “Penghargaan yang sangat khusus kita berikan kepada kontingen Sulawesi Tengah,” tuturnya yang disambut tepuk tangan para peerta dan penonton Konser Karawitan Anak Indonesia 2018.
Menurutnya, pelaksanaan konser ini menjadi salah satu wujud dalam mendukung pemajuan kebudayaan, tidak hanya dari sisi pelestarian, tetapi juga pemanfaatan, pengembangan, dan pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
# dan | Humas Kemendikbud/Desliana Maulipaksi
No comments:
Post a Comment