FS.Bandung(JABAR)- Sebanyak lima guru madrasah yang dinilai paling menginspirasi di Indonesia mendapat penghargaan dari Kementerian Agama. Secara simbolis, penghargaan diberikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam acara Talkshow & Penghargaan Guru Inspiratif, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/12).
Di Indonesia, terdapat 49.337 madrasah, dari tingkat madrasah ibtidaiyah (MI) sampai madrasah aliyah (MA). Dari jumlah itu, 92,1% adalah madrasah swasta, sisanya merupakan Madrasah Negeri.
Dalam perjalanannya, madrasah selalu melahirkan sosok guru istimewa yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Untuk tahun ini, Kemenag telah memilih lima sosok guru inspiratif, yaitu: Ahmad Haris, guru MI Pulau Bua, Alor, Nusa Tenggara Timur, Untung, guru MI Miftahul Ulum, Sumenep, Jawa Timur, Suraidah, guru MI Darul Furqan, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Indra Ariwibowo, guru MI Luar Biasa Budi Asih, Semarang, Jateng dan Supena dari MI al-Ishlah, Bani Menoy, Lebak, Banten.
"Mereka adalah sosok guru istimewa yang spirit dan perjuangannya menginspirasi kita semua. Negara dan bangsa ini berhutang kepada mereka," kata Menag yang menjadi host dalam talkshow yang mendatangkan empat dari lima guru inspiratif.
Ahmad Haris dari Alor, NTT berhalangan hadir karena alasan penerbangan. Dipandu Menag, keempat guru ini berbagi inspirasi di hadapan 300 kepala madrasah yang hadir.
Mendengar kisah mereka, Menag menilai para penerima penghargaan ini memiliki kesamaan, yaitu menghadapi keterbatasan fasilitas, minim kesejahteraan, dan bergelimang kisah-kisah menyedihkan. "Tetapi mereka menaklukkan semua tantangan itu dengan kekuatan keikhlasan tingkat tinggi. Kalau kita refleksikan kepada diri kita, belum kita sanggup melakukannya," kata Menag.
Kekuatan mereka, kata Menag, dibentuk oleh kecintaan mereka yang luar biasa kepada anak-anak didik.
Para guru yang mendapat penghargaan seluruhnya berasal dari daerah-daerah terpencil. Ahmad Haris misalnya, harus menempuh jarak berkilo-kilo meter dari rumahnya ke sekolah tempatnya mengajar di MI Pulau Bua, Alor, Nusa Tenggara Timur. Setiap hari pria 40 tahun ini harus keluar rumah pada pagi buta, berjalan 3 kilometer melewati hutan, lalu berenang menyebrangi selat sejauh satu mil hanya untuk mengajar. Hal ini dilakukannya selama 15 tahun terakhir dengan gaji guru madrasah yang tak seberapa nilainya.
Indra Ariwibowo, guru MI Luar Biasa Budi Asih, Semarang, Jateng mengungkapkan, ia harus berjuang bersama muridnya yang pada awalnya hanya berjumlah empat orang di kelas yang selalu banjir jika musim hujan tiba.
Bersama beberapa rekannya ia berhasil menghidupkan kembali sekolah tua yang sudah hampir tutup, mengubahnya menjadi sekolah untuk anak berkebutuhan khusus yang kini telah memiliki gedung tanah dan sendiri.
Suraidah, seorang guru yang juga kepala sekolah MI Darul Furqan, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara mengungkapkan, daerahnya merupakan kawasan terpencil yang bergelimang kemiskinan. "Ada murid saya kakak beradik yang harus memekai satu baju seragam secara bergantian dengan adiknya yang mengambil kelas sore," katanya. Secara umum siswa di daerahnya merupakan siswa miskin yang masih menghadapi masalah dengan baju seragam, sepatu, dan alat-alat sekolah.
Direktur Guru Dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag, Suyitno, meminta guru terus berinovasi dalam menyebarkan ilmu dan moderasi Islam untuk masa depan agama dan negara yang baik. "Teruslah melahirkan inovasi dalam menebarkan ilmu kepada anak didik. Anda tidak sendirian karena kami selalu mendorong dan mengafirmasi di tingkat kebijakan," katanya.
# dan | Humas Kemenag
No comments:
Post a Comment