FS.Padang(SUMBAR) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat merilis data angka kemiskinan pada Setember 2018 turun menjadi 6,55% alias berkurang sebesar 3,89 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 yang sebesar 357,13 ribu orang (6,65 persen).
"Pada bulan Setember 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Sumatera Barat mencapai 353,24 ribu orang (6,55 persen), berkurang sebesar 3,89 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 yang sebesar 357,13 ribu orang (6,65 persen), " papar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Dr. Ir. Sukardi, M.Si. di gedung BPS JL. Khatib Sulaiman No. 48, Padang, Ruang Vicon Gedung 1 lantai 2, Selasa Siang (15/01/2019).
Lebih lanjut, Sedangkan pada data persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 4,86 persen naik menjadi 4,99 persen pada September 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2018 sebesar 8,07 persen turun menjadi 7,90 persen pada September 2018.
Selama periode Maret 2018 - September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 10,74 ribu orang (dari 114,84 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 125,58 ribu orang pada September 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 14,63 ribu orang (dari 242,29 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 227,66 ribu orang pada September 2018). Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2018 tercatat sebesar 76,03 persen.
Tiga jenis komoditi makanan yang berpengaruh paling besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi (di perkotaan) dan beras, rokok kretek filter, cabe merah (di perdesaan). Sedangkan lima komoditi bukan makanan yang paling dominan adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan dan perlengkapan mandi.
Berdasarkan data- data yang yang kumpulakan BPS Sumbar, " Secara umum, pada periode 2007 – 2018 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentasenya. Selama lebih satu dasarwarsa ini, jumlah penduduk miskin Sumatera Barat telah dapat ditekan cukup signifikan dari 529,2 ribu jiwa (tahun 2007), menjadi 353,24 ribu jiwa (September 2018). Secara persentase, penurunan yang terjadi bahkan hampir separuhnya, dari 11,9% (tahun 2007) menjadi 6,55 (September 2018). Perkembangan tingkat kemiskinan tahun 2007 sampai dengan September 2018, " jelas Sukardi.
Pada September 2017 - September 2018, Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada September 2018 mencapai 353,24 ribu orang. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 3,89 ribu orang dibandingkan Maret 2018. Penurunan lebih signifikan terjadi jika dibandingkan dengan angka September tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 6,76 ribu orang.
Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan nilai garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penduduk ke dalam golongan miskin atau tidak miskin. Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin September 2018 adalah Rp485.633,- (kapita/bulan).
Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 79,44 persen, lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 72,37 persen. Komposisi tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi Maret 2018.
Garis Kemiskinan terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), terlihat bahwa komponen terbesar pembentuk Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan Makanan.
Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2018 adalah sebesar 76,03 persen. Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 79,44 persen, lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 72,37 persen. Komposisi tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi Maret 2018.
"Garis Kemiskinan Rumah Tangga Miskin di Perkotaan lebih tinggi dari pada di Perdesaan. GK rumah tangga miskin perkotaan per September 2018 adalah sebesar Rp2.603.767,-/Rumah Tangga Miskin per bulan sedangkan di perdesaan sebesar Rp2.392.786,-/Rumah Tangga Miskin per bulan," terang Sukardi.
# dan/Gan
No comments:
Post a Comment