FS.Painan(PESSEL) - Di Minangkabau pernyataan sumpah yang dibebankan kepada seorang datuk yang dilewahkan gelar adat amatlah berat dan perlu dicari padanan kata, kalimat yang lebih agak ringan serta tidak mengurangi arti tanggungjawab dari sumpah tersebut.
Sumpah seorang datuak dalam satu kaum atau suku, " berlandaskan dikutuk Al Quran 30 just, ka ateh indak ba pucuak, ka bawah indak baurek, ditangah-tangah digiriak kumbang".
Hal ini disebutkan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit Datuak Malintang Panai dalam sambutannya pada acara Batagak Pengulu kaum suku Panai Kenagarian Panai di Nagari Painan Timur-Painan, Senin (29/4/2019).
Lebih jauh Wagub Nasrul Abit menyampaikan, tidak ada manusia yang sempurna, karena itu mungkin kalimat di kutuk Al Qur'an 30 just tentunnya sakral dari maksud dan tujuan, serta beratnya tanggungjawab dipundak seorang penguhulu datuk, baik kepada kemenakan dan kampung halamannya.
"Pengulu yang menerima gelar pusako agar dapat menjalankan amanahnya dan mampu menjalankan fungsi sebagai Pengulu, serta mampu membangkik batang tarandam, Saciok bak Ayam sadanciang bak basi", katanya
Seorang penghulu atau datuak memiliki peran strategis dalam memimpin suatu suku atau kaum di tengah masyarakat.
"Untuk itu kami mengajak para pemimpin atau tokoh adat yang ada disini dapat menjaga dan membimbing anak kemenakan serta membantu pemerintah dalam memajukan daerah," ucap Datuak Malintang Panai.
Nasrul Abit juga mengingatkan, patut menjadi perhatian kita bersama bahwa semakin banyak kasus, sehingga retaknya hubungan kerabat antara penghulu dengan kemenakan terkait dengan sako dan pusako, tentunya ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan kita.
"Semua ini tentu harus ada keterlibatan lembaga adat, LKAAM nagari, KAN dan pemerintah, menyikapi perubahan sosial yang terjadi dengan menegakan nilai-nilai adat dan budaya yang ada ditengah-tengah masyarakat," ucapnya.
Nasrul Abit Datuak Malintang Panai juga mengingatkan, agar pada perubahan globalisasi zaman milenial ini, agar menjaga dan mengarahkan anak kemenakan tidak terlibat pada perbuatan penyakit masyarakat, yaitu narkoba, judi dan maksiat.
Selain narkoba juga turut menjadi momok perusak generasi bangsa yaitu maksiat perilaku menyimpang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
"Ini tentu menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama semua elemen masyarakat, tigo tungku sajarangan, ninik mamak, bundo kandunang, pemuda untuk menghilangkan kerisaukan, dengan menjauhkan diri dan memberantasnya guna menumbuhkan kepercayaan menjaga kelestarian nilai-nilai budaya dan adat istiadat minang," ujar Nasrul Abit.
Oleh karena itu, dia mengajak para pemangku adat untuk turut mengawasi sanak saudara di nagari.
Pada kesempatan tersebut Ketua KAN Painai Harwar Nurdin Datuak Rajo Johan menyampaikan, ucapan selamat kepada Harlindo Azhar yang telah dilewakan menjadi Datuak Rajo Alam suku Panai Kenagarian Painan, dengan berarti lah duduk samo randah, tagak samo tinggi sama dengan penghulu-penghulu lainnya yang ada di Kenagarian Painan.
Mari kita bawa Datuak Rajo Alam "ka hulu sarantak galah, ka hilia sarangkuah dayuang" dam membina dan memberdayakan anak kemenakan, sako jo pusako dilingkungan nagari Painan serta bahu membahu bersama pemerintah untuk membangun nagari dan mensejahterakan masyarakat.
Lanjut Datuak Rajo Johan mengingatkan, bahwa nenek moyang kita mengajarkan perbedaan pendapat adalah suatu anugerah, pepatah mengatakan "kayu basilang dalam tungku, disinan api mangko ko iduik, disinan nasi mangko ka masak", yang artinya berbeda pendapat ataupun berbeda pilihan itu merupakan suatu kekayaan adat Minangkabau. Nilai inilah yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Biarlah Biduak lalu, kiambang batawik, marilah kita satukan kembali tekad kita untuk membangun nagari kita," kata Datuak Rajo Johan.
Dalam acara Batagak Pangulu kaum Panai Nagari mengankat Harlindo Azhar menjadi Penghulu bagala Datuak Rajo Alam dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit Datuak Malintang Panai.(NA)