Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)
FS.Padang(SUMBAR) - Mudik adalah sebuah tradisi tahunan umat Islam khususnya mereka yang hidup merantau, mengadu nasib di negri orang.Momen tahunan ini begitu dinanti, dan diminati, sehingga tidak heran jika selalu ada saja cerita suka dan duka seputar mudik lebaran.
Mudik adalah peristiwa fenomenal yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang, baik ekonomi, sosial, dan budaya.
Berduyun-duyun masyarakat antusias mengikuti mudik setiap tahunnya terutama pada saat Idul Fitri yang terkadang bertepatan dengan libur akhir tahun ajaran sekolah yang biasa disebut libur panjang.
Ratusan bahkan ribuan kilometer ditempuh agar bisa mudik ke kampung halaman tercinta. Bertemu sanak saudara, karib kerabat, teman masa kecil.
Berbagai motif dibalik peristiwa mudik ini, semua melebur menjadi satu dalam rasa bahagia, membuat pemudik mempersiapkan segala perbekalan dari jauh- jauh hari. Mulai dari biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dan tidak lupa oleh-oleh untuk orang tersayang dikampung halaman sebagai wujud rasa syukur dan berbagi kasih sayang.
Namun dibalik kebahagian mudik tahunan ini, ada hal yang juga menjadi problem tahunan, yang membuat galau, pusing, dilema para pemudik.
Bukan rahasia umum lagi jika kenaikan harga-harga membuat perekonomian makin menurun. Hal ini ditambah dengan kenaikan harga tiket pesawat, serta bagasi. Tarif kargo udara bahkan naik hingga 300%, (detikfinance).
Ketua Umum Asperindo Mohamad Feriadi menyebut kenaikan tarif kargo udara naik hingga 300%, kenaikan ini terjadi sejak Juni 2018 hingga Januari 2019, detikfinance, 6/2/2019.
Pihaknya sebagai pengusaha logistik tentu sangat terbebani dengan kondisi tersebut. Karena mereka mengandalkan kargo udara yang disediakan maskapai penerbangan.
Asperindo adalah asosiasi perusahaan jasa pos logistik Indonesia.
Kenaikan tiket pesawat membuat para pemudik beralih kepada jalur darat, akan tetapi kabar buruk kembali harus diterima, karena ada kenaikan juga dalam tarif tol yang berlipat dari tarif normal. Melonjak nya permintaan tidak berimbang dengan ketersediaan armada ,sehingga momen ini dimanfaatkan beberapa pihak untuk mengambil keuntungan.
Masyarakat diminta maklum terhadap penyesuaian tarif ini, padahal ini memberi efek domino untuk yang lain. Seperti kenaikan tarif kargo berefek pada perusahan logistik seperti POS, JNE, J &T, yang juga menaikkan tarif jasa mereka sejak semester pertama 2019.
Hal ini dikeluhkan oleh para pelaku bisnis online karena menyebabkan ongkos kirim menjadi naik dan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Begitupun tarif tol meski ada diskon 15% namun tidak menjadi solusi, karena diskonnya hanya momentum yaitu pada tanggal 27, 28, dan 29 Mei saja untuk arus mudik, dan pada 10, 11, dan 12 Juni untuk arus balik.
Maka ini seharusnya menjadi tanggungjawab pemerintah untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan, sarana penunjang, dan alternatif tranportasi untuk menghadapi lonjakan pemudik setiap tahunnya. Memberi kenyamanan dan keamanan dan kemudahan bagi rakyat.
Minset pemimpin itu seharusnya pelayan rakyat, memberi dan mempermudah segala kebutuhan rakyatnya, jika tidak bisa gratis maka setidaknya tidak menyulitkan.
Kondisi ini membuat sebagian pemudik mengurungkan niatnya, menunda mudik lebaran di tahun depan, atau mencari momen dimana harga tiket tidak lagi semahal sekarang, atau terpaksa naik kendaraan roda dua yang katanya tidak manusiawi, dan tentunya suasana mudiknya tidak lagi sama.
Mudik adalah perwujudan ajaran Islam melalui budaya. Budaya yang khas yang tidak dimiliki oleh semua negara.
Menjalin silahturahmi dalam Islam sangat dianjurkan, mudik adalah salah satu caranya. Maka jangan sampai mudik merusak esensi ajaran Islam dengan tetap melakukan kewajiban yang lainnya.
Tetap menjalankan ibadah puasa, meski ada ruksyah bagi para musafir, tidak meninggalkan sholat, serta tidak memaksakan diri mudik dengan cara-cara yang haram seperti terlibat riba ( mengambil leasing kendaraan bermotor) agar bisa mudik dengan bangga, berhutang, ajang pamer, ikhtilat, dan perbuatan maksiat lainnya.
Bagi pemudik luruskan kembali niat bahwa mudik dalam rangka silahturahmi, berbagi rizki kepada karib kerabat.
Ada berbagai tradisi dalam memeriahkan Idul Fitri, diantaranya takbir keliling, pawai obor, melalui kegiatan ini tercipta ruang sosial yang luas dan lepas tanpa ada sekat , berinteraksi, dan bahagian bersama.
Ada juga tradisi ziarah kubur ke makam keluarga, halal bi halal berbagai komunitas, serta kreatifitas menu lebaran dan keunikan lainnya.
Maka manfaatkan momen mudik ini dengan sebaik-baiknya, persiapkan segala sesuatunya, kesiapan mental, fisik, kendaraan, dan tentunya materi. Mudiklah jika itu bisa membahagiakan orang-orang tersayangmu khususnya orang tua, jika tidak maka perkembangan zaman sudah sangay canggih, meski terpisah jarak tak membuat komunikasi terputus, ada media sosial, alat komunikasi canggih, yang bisa dimanfaatkan untuk tetap bersilahturahmi meski raga tidak bertemu.