Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Fokussumatera.com - Alhamdulillah kita sudah berhasil melewati bulan Ramadan dan berbahagia menyambut suasana Idul Fitri 1440 H, meski tidak semua umat Islam merasakan kebahagian di hari kemenangan itu.
Masih banyak di belahan bumi lainnya saudara-saudara kita hidup memprihatinkan, tiada Idul Fitri apalagi baju baru, hidangan makanan khas lebaran dan kebahagiaan lain. Mereka masih di jajah, ditindas, dan di zalimi.
Bulan Syawal ini adalah bulan peningkatan, yang bertujuan membawa perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Keberhasilan Ramadan akan terlihat justru setelah Ramadan berlalu.
Momen Syawal juga identik dengan silahturahmi, mengunjungi sanak saudara, saling maaf memaafkan, menjamu tamu, berbagi rizki bahkan memulai kehidupan baru dengan menyempurnakan separuh agama (menikah).
Silaturahmi menurut Imam An Nawawi berarti berbuat baik kepada kerabat, sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Bisa berupa harta, bantuan tenaga, mengunjungi, memberi salam, atau cara lain, ( Syarh Shahih Muslim, II/201).
Kita diwajibkan untuk senantiasa menyambung tali silaturahmi dengan keluarga yang masih ada hubungan keluarga yang masih ada nasab. Baik mendapatkan waris atau tidak, mahram atau tidak.(Syaikh Taqiyuddin an Nabhani, An Nizham al Ijtimai fi Islam).
Sedangkan kerabat dari pihak istri atau suami seperti ipar, tidak memiliki hubungan rahim atau nasab.
Cara silaturahmi saat ini juga sudah beraneka ragam, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beragam media yang memudahkan untuk bersilaturahmi seperti telepon, whatsapp, telegram, dll.
Jika diberi kelapangan rizki, waktu, sehat badan maka silaturahmi dengan saling mengunjungi, bertatap muka, berjabat tangan sangatlah dianjurkan, namun jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan maka janganlah memaksakan diri, apalagi sampai membahayakan keselamatan, dan menimbulkan mudhorat yang lebih besar.
Silaturahmi juga tidak sekedar berkunjung tapi bisa dengan mengunjungi tempat wisata, mengadakan pertemuan di sebuah tempat, membuat acara khusus dll.
Dalam silaturahmi ada nilai edukasi, terutama untuk anak-anak.
Meskipun silaturahmi bisa dilakukan kapan pun, hanya saja sudah menjadi tradisi kita memanfaatkan momen libur lebaran untuk bersilaturahmi.
Mengajari anak untuk gemar bersilaturahmi sejak kecil, memperkenalkan mereka pada anggota keluarga, sanak saudara. Memperkenalkan mereka pada kakek , nenek, sepupu, serta kerabat yang lain, sehingga meski hidup terpisah mereka tetap merasa saudara, saling menyayangi dan mengasihi.
Dengan mengajak anak berkunjung pada momen lebaran ini mengajarkan mereka arti keluarga, adab, serta cara berbakti dan berinteraksi dengan mereka. Saling menghormati, menghargai, membahagiakan, dan memaafkan hingga mereka terbiasa dan kelak jika telah dewasa senantiasa melakukannya. Tidak memutus silaturahmi sebagaimana sabda Rasulullah saw "Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus silaturahmi" (HR. Muslim).
Bahkan hendaknya menyambung kembali silaturahmi yang sempat renggang karena Nabi Muhammad saw bersabda," Orang yang menyambung silaturahmi itu bukanlah orang yang menyambung hubungan yang telah ada, akan tetapi orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang pernah putus"( HR. Al Bukhari).
Ini bisa dicontohkan menyambung silaturahmi dengan kelurga bapak, ibu yang telah meninggal dunia, maka sebagai anak cucunya kita wajib menjaga silaturahmi tersebut.
Silaturahmi bisa juga sebagai media edukasi bagi anak tentang tata cara bertamu, menyambut tamu, seperti menampakkan wajah yang gembira, memuliakan tamu, menghidangkan makanan yang baik, tidak pamer, tidak mengumbar aib, gosip, fitnah, atau perbuatan tidak baik lainnya.
Edukasi lainnya yang bisa diambil dari silaturahmi adalah saling berbagi, karena hal ini dapat melembutkan hati, menimbulkan rasa cinta kasih, sayang, dan menghilangkan rasa yang bisa merusak tali persaudaraan seperti hasad, dengki, iri, bahkan permusuhan.
Nabi bersabda, " Saling memberilah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai"(HR. Al Bukhari).
Ini bisa kita lihat dari tradisi saling memberi angpao atau THR pada anak-anak, atau oleh-oleh pada sanak saudara.
Yang tidak kalah penting adalah silaturahmi bisa jadi wasilah untuk dakwah. Dakwah pada karib kerabat baik Muslim atau non Muslim, sesuai tuntunan agama. Bagi non Muslim kita dakwahi tentang keagungan Islam agar hatinya tergerak masuk Islam. Sedangkan kepada yang Muslim dakwah kita bagaimana menerapkan Islam secara kaffah, dan bisa berlanjut dengan pertemuan lain, dan komunikasi via media sosial.
Ada banyak sisi positif dari silaturahmi, maka hendaklah selalu jaga dan lestarikan. Wallahu a'lam.