By : Mila Sari, S. Th. I
(Penulis, Pegerak Opini, Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif)
Fokussumatera.com - Membaca tema kulwa pada kesempatan kali ini, menjadikan hati tambah berbunga-bunga. Bagaimana tidak, kurang lebih seminggu lamanya diri ini menahan sakit, tak banyak aktifitas yang dilakukan dan jalani semuanya dengan kurang optimal. Semua itu hampir-hampir mematikan kreatifitas, termasuk menulis. Selintas sedih mewarnai, tak dapat menelurkan opini bahkan hanya merampungkan puisi sudah tak sanggup. Hanya rasa sakit yang dinikmati, padahal seharusnya dalam kondisi bagaimanapun seorang penulis dan pegiat opini harusnya mampu menaklukkan medannya meski sesulit apapun. Inilah yang masih saja menjadikan pr tidak tuntas, upaya menjadikan aktifitas menulis sebagai terapi belum jua bisa digapai.
Alhamdulillah hujan do'a dari teman teman di AMK5 dan kelas opini juga dari seluruh kenalan benar-benar menjadi senjata yang paling ampuh mengalahkan rasa sakit ini. Padahal baru tadi siang, klimaks sakit itu sampai puncaknya. Segala cara telah diusahakan, tapi Allah Swt Yang Maha Pengasih tetap menitipkan rasa sakit itu, semua dalam rangka agar hamba yang hina ini senantiasa mengingati dan tak putus harap hanya pada-Nya. Memaksakan diri untuk kursus dan ngisi kajian serta dampingi anak-anak nyetor hafalan, dengan penyerahan diri secara total sampai mana diri ini bisa bertahan jalani segala amanah dan alhamdulillah semuanya berhasil dilewati. Malahan berangsur pulih dan menjadi lebih ringan.
Bahagia atas semua ini, terharu janji Allah Swt datang di saat yang tepat. Saat tubuh tak lagi mampu menahan lebih lama dan saat hujan do'a-do'a tulus tercurah. Sungguh hati ini bahagia, terharu penuh syukur.
Musim senantiasa berganti, begitupun suasana hati dan perasaan. Sedih tak dapat jalani amanah dengan maksimal, sedih bila tak lagi produktif dalam menulis, sedih bila sampai tak dapat menikmati materi kulwa yang senantiasa dinanti, sedih tak dapat ikuti perkembangan peristiwa politik dan hal lain yang mestinya tak boleh terlewat. Dan saya rasa itu semua merupakan sedih yang beralasan.
Menjadi penulis paling bahagia itu sesuatu yang tak mudah, tentu sesuatu yang mesti kita perjuangan. Apalagi menulis opini yang menambah kecamuk amarah dalam dada sebab tingkah penguasa antek atau kafir penjajah, sementara umat belum sepenuhnya sadar siapa musuh mereka, belum memahami secara tuntas akan problematika yang mereka hadapi dan solusi tuntas atas setiap masalah yang melingkupi setiap kini kehidupan ini.
Sastra sejenis puisi, prosa ataupun sya'ir juga begitu. Butuh penghayatan sempurna dalam jiwa hingga tulisan itu benar-benar hidup dan dapat ditangkap maknanya oleh para pembaca.
Namun untuk menjadi penulis paling bahagia mengharuskan kita mencari suasana hati senyaman mungkin. Menulis lah tentang apapun yang ingin kita tulis sebagai ungkapan rasa dan pikiran kita agar hati benar-benar nyaman. Sering-sering gerakkan jemari ini untuk latihan menulis, meski hanya sebentar saja tapi rutinkan. Insyaallah dengan begitu akan menjadi lebih ringan. Fokus pada target, fokus latihan tiga dasar Kepenulisan, fokus nulis opini tiap hari, fokus nulis puisi, fokus bikin dan terbitin buku. Sebab fokus merupakan satu bentuk dari keseriusan diri dalam menggapai cita-cita yang hendak diraih. Karena dengan itu semua kita akan dapatkan hadiah terindah, hadiah terindah secara otomatis dari keseriusan kita dalam menulis. Diantara kado terindah itu ialah tulisan kita bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, menginspirasi bagi orang lain dan dapat mengubah seseorang tanpa kita sadari dan semua hal positif itu akan menjadikan kita tambah bahagia pabila kita memahami satu hal, yaitu mendapatkan pahala dari jariyah kita tuk mencerdaskan pikiran umat lewat setiap aksara penuh makna yang kita goreskan.
#kulwaluarbiasa
#menjadipenilispalingbahagia
#penulishebatpenulispalingbahagia
No comments:
Post a Comment