Oleh: Listiyani
(Aktivis Komunitas Muslimah Rindu Surga Bandung)
Fokussumatera.com - Menjadi sebuah perbincangan publik bahkan bak menonton skenario lawak, muncullah beberapa kelompok orang yang mendirikan sebuah keraton atau kerajaan. Tak tanggung-tanggung, kelompok tersebut menyatakan bahwa mereka adalah pengatur tatanan pemerintahan dunia.
Adalah kelompok yang mengatas namakan diri sebagai “Keraton Agung Sejagat” yang bertempat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo. Dua orang mengeklaim diri mereka sebagai pimpinan kerajaan. Mereka adalah Toto Santoso yang menyebut dirinya Sinuhun dan Fanni Aminadia sebagai ratunya. Kelompok ini mendulang ratusan pengikut di Purworejo, namun saat ini akhir cerita mereka berkhir pada proses hukum di Polda Jawa Tengah dengan sangkakan pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang penyebaran berita bohong yang berimbas pada keonaran di masyarakat serta pasal 378 KUHP tentang penipuan.
Tidak hanya Keraton Agung Sejagat yang menjadi perbincangan, masyarakat khususnya warga Bandung digegerkan dengan munculnya “Sunda Empire-Empire Earth” Kelompok ini memprediksi pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 mendatang.
Belum lagi kerjaan baru bertajuk King of The Kings yang mengklaim bahwa mereka memiliki kekayaan sebesar Rp 60 ribu triliun.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil secara pribadi mengaku ironis dengan keberadaan kelompok yang mengklaim telah menciptakan sebuah tatanan baru bernegara. Padahal, sejarah bangsa seharusnya menjadi pelajaran yang dipetik untuk menghadapi persoalan ke depan.
"Ini banyak orang stres di republik ini, menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah ini. Dan, ternyata ada orang yang percaya juga menjadi pengikutnya," ucapnya.
Fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru di negri ini bukanlah untuk kali pertama. Tahun sebelumnya muncul juga kerajaan ubur-ubur di kota serang Banten, Gafatar dan lainnya.
Dalam penyidikan di polisi, pengikut Keraton Agung Sejagat diketahui wajib membayar uang Rp 3 juta untuk masuk sebagai anggota kerajaan. Uang itu digunakan sebagai biaya pendaftaran. Setelah membayar uang pendaftaran, Keraton menjanjikan para anggota akan mendapat gaji dalam bentuk dolar tiap bulan.
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna pada 15 Januari lalu mengatakan, "Mereka sudah merekrut 450 warga. Bukan cuma itu warga diminta bayaran Rp 3 juta dengan iming-iming akan hidup lebih baik dan gaji dolar tiap bulan."
Ari Ganjar Herdiansah seorang sosiolog Unpad menuturkan, kehadiran Keraton Agung Sejagat dipandang sebagai fenomena di mana masyarakat mencari alternatif di tengah ketidakpastian hidup.
"Fenomena sebagai masyarakat merasa bahwa dunia modern tidak memenuhi ekspektasi mereka sehingga mereka membuat suatu pola kehidupan alternatif. Dengan adanya kerajaan baru itu sebagai sebuah solusi," tuturnya.
Sementara itu sosiolog Universitas Indonesia (UI), Daisy Indira Yasmine menyatakan kehadiran Keraton Agung Sejagat itu kental diliputi motif ekonomi.
"Kalau menurut saya tentang Keraton Agung Sejagat enggak usah dibesar-besarkan deh. Motifnya lebih cenderung ekonomi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (15/1).
Melambungnya biaya hidup sejak awal 2020 ini, mulai dari BPJS, tarif listrik, tol, dsb. Bisa jadi mereka (pengikut kerajaan) sedang mencoba mencari alternatif baru jalan hidup dengan mengikuti kerajaan-kerajaan baru tersebut.
Publik merasa gelisah dengan apa yang terjadi.
Selain melambungnya harga-harga, mereka juga telah dikecewakan oleh para penguasa yang “katanya” wakil rakyat tapi malah menjadi pemalak rakyat dan maling rakyat. Tertangkapnya pejabat-pejabat daerah, kasus korupsi yang belum kunjung berakhir. Hingga membuat kita heran, kaget, bahkan malu adalah terungkapnya kasus korupsi salah satu komisioner KPU selaku lembaga yang kredibilitasnya selayaknya berada di pihak rakyat. Semua ini benar-benar membuat jengah. Publik gelisah dengan kekacauan terjadi, maka wajar rakyat mulai meragukan para penguasa dan sistem yang saat ini diterapkan penguasa.
Banyak orang tertarik dan bergabung dalam kerajaan baru karena mencari jalan keluar persoalan hidup, yang akhirnya gampang tergiur tawaran tidak rasional. Hingga dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencari untung materi dari para pengikutnya.
Publik mulai mempertanyakan apa yang pemerintah lakukan selama ini dalam mengantisipasi munculnya kasus kerajan-kerajaan baru yang nyatanya ini bukan kasus kali pertama dan telah terbukti bahwasanya kemunculan kerajaan-kerajaan baru ini telah membuat masyarakat resah dan bahkan banyak yang telah menjdi korban.
Dengan adanya kerjaan baru yang bermunculan ini disisi lain telah menunjukan bahwasanya publik mulai menyadari bahwasanya sistem yang diterapkan pemerintah yaitu sekuler-kapitalistik telah terbukti gagal menyejahterakan rakyatnya. Alih-alih kesejahteraan kebijakan liberal dan masyarakat yang setreslah yang mereka ciptakan.
Ir. Dudy Arfian, M.Si. menyatakan, karena sistem kapitalisme yang diterapkan, banyak penguasa yang ingkar janji, seperti stop utang luar negeri, namun faktanya utang Indonesia per-Agustus 2018 capai Rp4.636 triliun. Lalu janjinya persulit investasi asing, tapi faktanya perizinan dan agresivitas untuk menarik investasi asing di Indonesia semakin bertubi-tubi. Dan yang bohong lagi adalah janji merebut Indosat dari tangan asing, namun hingga kini tidak ada wujudnya. (mediaumat.news, 31/12/2018).
Rakyat butuh sistem yang menentramkan jiwa dan raganya. Sistem dimana penguasa benar-benar mengurusi rakyatnya. Rakyat butuh obat untuk menjadi waras, tak lain obatnya adalah kembali kepada sumbernya, yakni Sang Pemilik jiwa, Allah SWT.
Allah telah mengingatkan bahwasanya sebaik-baik pembuat atauran (hukum) adalah Allah SWT, sang pencipta alam semsta besera isinya.
“....Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada [hukum] Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Ma’idah: 50)
Dan sungguh Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa Allah sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Allah telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
Allah juga akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka. Allah akan menukar keadaan mereka, dari ketakutan menjadi aman sentosa. Dan setelahnya, mereka bersyukur dengan tetap menyembah Allah SWT dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Nya.
Barang siapa yang tetap ingkar sesudah janji Allah ini, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (disarikan dari QS An-Nuur ayat 55). Demikianlah janji Allah yang pasti ditepati-Nya.
Maka, dapat disimpulkan, bahwa “menjamurnya” Kerajaan Baru disebabkan penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menyuburkannya. Mengakhiri sistem ini, berarti mengupayakan terwujudnya masyarakat yang waras dan masyarakat yang beriman.
Wallahu a’lam bish-shawab.
No comments:
Post a Comment