FS.Tanah Datar(SUMBAR) - Statement itu disampaikan oleh Dt.Manso selaku Tokoh Masyarakat dan Pemerhati Sejarah kepada fokussumatera.com hari ini, Minggu 02 Februari 2020.
Saat dikonfirmasi via handpone, Dt.Manso menjelaskan bahwa menjadi pemimpin masyarakat haruslah memiliki sikap yang jujur, bijaksana dan sederhana, karena semua itu sangat penting dalam sebuah kepemimpinan. Seorang pemimpin juga harus mampu mengesampingkan ego dan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama.
"Tetapi saat ini masih adakah pemimpin yang seperti itu?" ujar Dt.Manso.
Dt.Manson pun bertutur tentang Sosok Bung Hatta, seorang pemimpin yang jujur dan sederhana.
Siapa yang tidak kenal dengan Bung Hatta, Pahlawan Patriot Bangsa asal Sumatera Barat ini begitu cintanya terhadap negara sampai rela mengembalikan uang negara sisa perawatan kesehatan.
Pada saat itu di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo beliau tergolek dirawat. Stroke yang menjepit syaraf menyebabkan beliau susah bergerak, seluruh tenaganya terhambat. Anak dan Istrinya melarikannya ke Rumah Sakit itu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1963. Sosok yang sudah seperti nama belakang Soekarno, Dwitunggal yang memproklamirkan Kemerdekaan RI yang namanya selalu digemakan oleh masyarakat dan Bangsa Indonesia setiap tahun pada tanggal 17 Agustus.
Karena pada saat itu fasilitas RSCM belum memadahi seperti sekarang, sehingga Bung Hatta harus dilarikan Kota Stockom, Swedia. Tetapi beliau terkendala masalah biaya pengobatan di sana yang tidak murah. Gaji pensiunnya pun paa-pasan, tak ada tambahan selain dari honor tulisan dan penjualan buku-bukunya. Rasanya mustahil dapat menebus biaya pengobatan di negeri nan jauh itu.
Nasib baik Bung Karno mendengar kabar tersebut. Datanglah sahabat yang belakangan menjadi rival politik itu ke Paviliun Cendrawasih. Pertemuan yang mengharukan antara 2 tokoh yang saling bersisian, namun berkat duet merekalah Indonesia merdeka.
Singkat cerita pasca pertemuan itu Bung Hatta dibawa berobat ke luar negeri dengan ditemani Prof.Mahar Mardjono. Seluruh biaya ditanggung oleh negara."Wangsa jaga baik-baik Bung Hatta" titah Soekarno pada sekretaris pribadi Bung Hatta I Wangsa Widjaja.
Setelah dirawat beberapa hari akhirnya Bung Hatta pun sembuh dan pulang kembali ke tanah air. Bung Hatta pun mengetahui bahwa ada sisa uang pengobatan. Biaya pengobatan di Swedia ternyata tak sebesar yang disiapkan di Jakarta. Merasa tidak berhak atas uang tersebut,Bung Hatta memerintahkan Wangsa untuk mengembalikan uang tersebut. Beliau menegaskan bahwa uang itu milik negara.
Sebagai mantan Wakil Presiden yang sudah andil dan bersusah payah memerdekakan bangsa ini rasanya tidak mungkin kalau Negara akan meminta sisa uang transportasi itu, tidak juga dengan Soekarno. Tapi itulah yang dilakukan Bung Hatta, begitu luar biasa mengharukan..
!
"Tapi di masa sekarang setelah kurang lebih 74 tahun Indonesia menikmati dan mengisi kemerdekaan, lalu masih adakan pemimpin yang sejujur dan sesederhana Bung Hatta? Meski pemilik syah Sertifikat Kedaulatan bangsa ini, Bung Hatta tidak bersedia memakai sisa uang negara untuk kepentingan pribadinya" ujar Dt.Manso.
Lalu bagaimana dengan pemimpin kita sekarang? Yang belum apa-apa dan belum seberapa betjasa untuk masyarakat dan bangsa ini, belum-belum sudah kepentingan pribadi yang diutamakan. Baru seumur jagung memimpin sudah banyak uang negara yang dipakai untuk kepentingan pribadi. Korupsi dimana-mana yang membuat penderitaan rakyat.
"Semoga ini menjadi renungan kita bersama dan memotivasi kita untuk menjadi pemimpin dan Warga Negara yang lebih baik yang memiliki jiwa patriotisme dan nasionaliame yang tinggi" pungkas Dt.Manso.(Z.Z.Dt.Malako)
No comments:
Post a Comment