3 Februari 2020
FS.Padang(SUMBAR) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Pitono menjelaskan, ekspor Sumbar sepanjang Januari-Desember 2019 mencapai 1,33 miliar dollar AS atau turun 16,24 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,59 miliar dollar AS.
“Per Desember 2019 mencapai 149 juta dollar AS, ada kenaikan 23,63 persen dari bulan sebelumnya sebesar 121 juta dollar AS,” katanya, Senin (3/2/2020).
Menurutnya, penurunan ekspor Sumbar secara keseluruhan karena masih belum optimalnya harga komoditas sawit dan karet di pasar global. Apalagi, dua komoditas itu menjadi unggulan ekspor Sumbar.
Data BPS mencatatkan sepanjang tahun lalu, ekspor sawit atau cruid palm oil (CPO) mencapai 72,25 persen dari total ekspor Sumbar dengan nilai ekspor sebanyak 967 juta dollar AS. Pencapaian itu anjlok dari penjualan tahun 2018 lalu yang masih mencapai 1,13 miliar dollar AS atau turun 15,12 persen.
Begitu juga dengan komoditas karet dan barang dari karet mengalami penurunan 20,81 persen dari 290 juta dollar AS pada tahun 2018 menjadi 229 juta juta dollar AS, tahun lalu.
Neraca perdagangan Sumbar masih surplus mengingat impor daerah itu juga mengalami penurunan yang signifikan. Sepanjang tahun lalu, total impor Sumbar hanya 438 juta dollar AS atau turun 19,79 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 546 juta dollar AS.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A mengingatkan perlunya upaya serius meningkatkan kinerja ekspor dan investasi, guna menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
“Perlu ada upaya ekstra untuk meningkatkan investasi dan memperbaiki kinerja ekspor, sehingga target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai dengan baik,” ujarnya.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumbartahun ini bisa tumbuh hingga 5,3 persen, dengan didorong tumbuhya permintaan domestik, investasi, dan melunaknya kebijakan perdagangan internasional.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar, Ramal Shaleh, mengatakan untuk meningkatkan ekspor perlu pemerataan komoditas unggulan yang tidak lagi didominasi CPO dan karet.
“Idealnya, porsi sawit dan karet hanya 30 persen dari total ekspor Sumbar, bukan seperti sekarang yang 70 persen,” katanya.
Ia menilai perlu ada keberanian dan keseriusan pemerintah daerah bersama pelaku usaha, akademisi dan seluruh stakeholder untuk mengembangkan komoditas lokal lainnya berorientasi ekspor.
Sebab, menurutnya ada banyak komoditas unggulan Sumbar yang bisa dikembangkan dan menjadi primadona pasar global, seperti kopi, pala, cengkeh, teh, vanila, kayu manis, cokelat, gambir, dan lada.
Jika pengembangan komoditas tersebut dilakukan dengan baik, ia yakin Sumbar tidak akan lagi tergantung pada ekspor sawit dan karet.(dan/hms sumbar)
No comments:
Post a Comment