"Khusus untuk Daring pembelajarannya bisa dilakukan oleh guru melalui Google Clasroom, bisa juga dengan WA group. Tapi mungkin karena anak banyak yang tidak punya HP, sehingga kita menyuruh mereka datang ke sekolah untuk menjemput tugas dan menyerahkannya kembali, "tutur Rostina, Rabu (14/07) kemaren.
Dari sisi pembelajaran, ia mengakui bahwa respon anak kurang terhadap belajar daring. Karena kendalanya sangat banyak, seperti kepemilikan hp termasuk masalah gangguan jaringan.
"Dibuatlah metode belajar zoom, namun masih juga tidak ada siswa secara penuh mengikutinya, hanya 20% saja yang mau belajar. Jadinya materi pembelajaran tidak efektif tersampaikan secara merata,"ungkap Rostina
Solusinya lanjut dia guru membikin video rangkuman materi pembelajaran, dan kemudian dikirimkan ke WA group siswa yang memiliki hp.
"Ada juga yang tatap muka, namun karena dibagi kebeberapa shift sehingga tinggal separo yang belajar. Menyebabkan juga semangat belajar mereka jadi hilang dan daya serapnya juga rendah,"ulasnya
Akibatnya lanjut dia, banyak anak yang tinggal kelas ditahun ini, dikarenakan diantaranya banyak yang tidak mau mengerjakan tugas selama satu semester.
"Kelas VII saja tinggal 15 orang kelas VIII tidak naik kelas 17 orang. Itupun kalau tidak dibantu dengan rapat keputusan guru dan kepala sekolah bisa jadi 40 orang yang tidak naik,"tutupnya
Lost Generation:
Sementara itu Kepala SMPN 4 Pariaman Syaiful menyampaikan, dalam masa pandemi aktifitas anak berdasarkan data yang diperoleh hanya 60% yang memiliki hp, 10% yang tidak punya hp, 30% memiliki hp secara bersama.
"Mengatasi situasi seperti ini anak kita bagi shift kesekolah, yang pakai hp dua kali seminggu mengantarkan tugas kesekolah dan yang tidak pakai hp menjemput tugas-tugasnya dan mengantarkannya kembali," ujarnya.
Sedangkan bagi mereka yang kesulitan belajar disediakan ruangan khusus bagi anak dan gurunya standby disekolah. "Namun dibalik itu, belajar dimasa pandemi ini ada yang sangat kita khawatirkan yakninya lost generasi," pungkas Syaiful
Artinya lanjut dia, di SMPN4 selama PBM di masa pandemi ada sekitar 7 orang anak yang putus sekolah.
"Jika diambil komposisi rata-rata di V Kelas dikali 30 siswa berjumlah 150 orang anak, yang berhenti ditengah jalan (putus sekolah) ada sekitar 6 orang dan tidak tahu kemana anak ini, sampai sekarang," ungkap Syaiful.(war)
No comments:
Post a Comment