"Sedangkan untuk pembelajaran Luring bisa mencapai 75% dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) 15%. Proses PBM dimasa pandemi ini tentunya sangat berpengaruh pada siswa,"ujar Novi pada Jum"at (6/07).
Karena lanjut dia, pada umumnya orang tua siswa di sekolah tersebut berprofesi sebagai nelayan. Dan yang memiliki hp android hanya 25% dari seluruh jumlah siswa, sedangkan 75% tidak memiliki hp jika adapun hanya hp hitam putih milik orang tua mereka.
"Bagaimanapun belajar tatap muka itu tidak bisa digantikan oleh pembelajaran daring. Jadi alternatif lain kita ambil dengan metode shift jam masuk belajar, secara bergantian setiap minggu," ulasnya.
Novi mengakui, daya serap siswa sangat berbeda sekali dalam situasi saat ini dan banyak siswa yang tidak mengerti. Karena kehadiran guru dikelas tidak bisa digantikan dengan tekhnologi.
"Pihak sekolah masih binggung bagaimana cara mengatasinya, sehingga ketuntasan belajar siswa pun agak terganggu," ungkapnya.
Ia mengutarakan, banyak orang tua siswa yang protes dengan metode pembelajaran yang ada dimasa pandemi ini. "Meskipun demikian tidak ada siswa kita yang tinggal kelas, dari jumlah keseluruhan kelas 1 s/d 6 136 orang, semuanya naik kelas," tutup Novi.(war)
No comments:
Post a Comment