Dari hasil survey dan wawancara dengan warga setempat, bahwa pipa induk PDAM sudah masuk ke kampung itu pada tahun 2008 silam.
"Sempat hidup selama 3 bulan dengan menggunakan kran air dibeberapa titik, jarak-jarak 1 kilo meter dan dapat digunakan penduduk. Namun setelah gempa 2009 hingga sekarang tidak ada lagi air bersih yang dapat dinikmati warga,"ujar Ajo Kumis yang merupakan salah seorang tokoh masyarakat disana.
Untuk dapat menikmati air bersih, lanjutnya, warga harus membeli air galon ke pasar Sungai Limau yang berjarak 5 kilo meter dari pemukiman penduduk.
"Kalau tidak begitu, alternatif lain adalah membuat sumur pompa dengan menggunakan 3 pompa mesin dengan kedalam rata-rata 100 meter. Yang tentunya memakan biaya lebih banyak lagi," ungkapnya, Kamis (20/01).
Danar, seorang warga yang sedang duduk di warung kopi mengatakan, kalaulah memang niat membantu warga lemah. Tidaklah sulit menyalurkan air bagi PDAM karena sudah memiliki pipa induk didaerah itu.
"Sumber air dulunya kan dari Ladang Rimbo Nagari Koto Bangko. Pipanya juga sudah ditanam melewati kampung ini. Jadi hanya tinggal mengaliri pipa induknya saja dan jika sudah ada aliran airnya, dengan begitu warga pasti antusias meminta sambungan air kerumah nya," pungkas Danar.
Berbeda terbalik dengan Korong Koto Pauh Nagari Kuranji Hilir, di Korong Durian Daun Simpang Limun Nagari Pilubang.
Disini malahan melimpah air bersih bahkan pipa induk PDAM yang dipasang di pinggir jalan sampai bocor akibat tingginya tekanan air.
Upik salah seorang warga menyebutkan, bahwa dirumahnya telah dialiri sumber air bersih dari PDAM.
"Rumah Tangga kita kategori MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) jadi hanya membayar Rp 250 ribu ketika awal masuk pipa. Setiap bulan bayar tagihan kisaran Rp 32.000-Rp 35.000. Alhamdulillah dari setahun yang lalu sampai sekarang masih lancar mengalir airnya,"ujarnya. (wrm)
No comments:
Post a Comment