Penerapan Drone Sprayer di sektor pertanian ini, merupakan terobosan baru untuk meningkatkan hasil panen yang maksimal. Dengan drone yang mempunyai daya angkut maksimal 20 liter, dan dapat melakukan penyemprotan 1 ha dalam waktu 7 menit, penyemprotan pupuk cair pada tanaman menjadi jauh lebih efisien.
"Teknologi drone sprayer baru pertama kali di uji coba di Sumatera Barat, bahkan di Pulau Sumatera, dengan Kelompok Tani Bunga 2 Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir selatan sebagai pelopornya," ujar gubernur.
Dipilihnya kelompok Tani Bunga 2 sebagai percobaan juga mengingat pertumbuhan pesat yang dialami kelompok ini sejak Pemerintah Provinsi mulai mendorong petani untuk beralih dari sistem pertanian kimia ke pertanian organik, guna meningkatkan pendapatan petani.
Diketahui pada Agustus 2021 lalu, gubernur melakukan panen padi organik perdana di Pesisir Selatan bersama Kelompok Tani Bunga 2. Saat itu, lahan organik yang dikelola baru seluas 1,5 hektar dengan hasil produksi mencapai 6,8 ton per hektar. Meski begitu, Pemprov Sumbar terus mengupayakan peningkatan produksi pertanian lewat sistem pertanian organik di Kabupaten Pesisir Selatan, hingga kini telah mampu memproduksi 9,2 ton per hektar dengan luas lahan yang jauh lebih besar.
Menerapkan sistem pertanian organik di masyarakat bukanlah hal mudah, mengingat masih adanya ketakutan masyarakat akan terjadi gagal panen. Ketakutan ini umumnya disebabkan karena para petani belum megetahui bagaimana menerapkan sistem pertanian organik secara ideal.
Namun, berkat pembinaan yang terus dilakukan terhadap kelompok-kelompok tani di Pesisir Selatan, saat ini total lahan yang dikelola lewat sistem pertanian organik telah meningkat menjadi lebih 200 hektar dari total 336 hektar lahan.
Sebagai contoh, di Kelompok Tani Bunga 2, hasil produksi meningkat jauh dibandingkan panen pada Agustus 2021 silam. Dimana hasil panen padi kimia memproduksi 7,2 ton per hektar, sementara hasil panen padi organik meningkat dari 6,8 ton menjadi hingga 9,2 ton per hektarnya. Adanya peningkatan hasil produksi yang cukup signifikan ini disebabkan oleh lebih banyaknya rumpun dan bulir padi yang dihasilkan melalui sistem pertanian organik.
Tak hanya itu, dari segi pengelolaan, sistem pertanian organik dapat menghemat biaya pemeliharaan hingga 29%. Itu baru dari biaya produksi saja, belum lagi harga jual gabah per kilogram nya yang juga lebih tinggi. Sehingga memberikan keuntungan yang sangat signifikan bagi petani.
Sekretaris Kelompok Tani Bunga 2, Pipit Yustria, mengatakan pihaknya ingin hasil ini benar-benar dapat menjadi tambahan bagi ekonomi masyarakat, khususnya yang mengelola pertanian padi. Ia juga menghimbau kelompok tani lainnya yang ingin melakukan studi untuk datang ke Pessel.
"Selisih keuntungan kami dengan menerapkan sistem pertanian organik lebih dari 42 juta rupiah per hektarnya. Kami sangat terbuka untuk membagi ilmu kepada kelompok tani lain yang juga ingin mendapatkan manfaat yang sama," ujar Pipit.
Ia juga berterimakasih kepada pemerintah atas bantuan dan bimbingan yang diterima kelompoknya. Pipit berharap ke depan dapat dibantu untuk melakukan uji laboratorium terhadap hasil produksi pertanian organik Kelompok Tani Bunga 2.
"Kami yakin, beras yang dihasilkan berkualitas bagus dan lebih baik untuk kesehatan, karena itu kami mohon bantuan pada pemerintah untuk uji laboratorium," pintanya. (MC Prov Sumbar)
(Dinas Kominfotik Sumbar)
No comments:
Post a Comment