Tokoh Nagari Sintuak Lubuk Aluang, Happy Neldy mengatakan, memang ambruknya irigasi itu akibat bencana alam, karena curah hujan yang tinggi.
"Namun apabila bencana itu terus kita biarkan, tentunya akan berdampak terhadap masyarakat padang Pariaman khususnya empat Kecamatan diantaranya, Sintoga, Nan Sabaris, Ulakan dan Kecamatan Pariaman Selatan yang ada di wilayah Kota Pariaman,"ungkapnya, Kamis (10/3) di Padang Pariaman.
Karena sebagian masyarakat petani kita bergantung pada air dari irigasi Batang Anai II ini, kalau air tidak masuk kesawahnya, tentu mereka tidak kesawah. Ujung-ujungnya kelaparan karena tidak ada lagi yang mereka hasilkan.
"Untuk itu kita meminta pada Pemkab Padang Pariaman, agar membuat surat ke Balai Wilayah Sungai Sumatera V (BWSS V) supaya irigasi ini diperbaiki secepatnya, ujarnya.
Kata Happy, bahwa pihak BWSS V telah melihat kondisi ambruknya irigasi Batang Anai II tersebut, namun surat resmi dari Bupati Padang Pariaman belum ada.
"Nah sekarang kita minta pada Bupati atau dinas terkait agar membuat surat resmi ke BWSS V, supaya irigasi itu cepat diperbaiki. Karena kerusakannya sudah berjalan dua bulan,"tutur Happy.
Sementara itu ketua kelompok tani pemakai Air Irigasi Nagari, Ramli menyebutkan, semenjak ambruknya irigasi itu, sangat berdampak sekali bagi petani.
"Dampaknya tidak hanya dirasakan di kabupaten saja namun sampai juga ke kota Pariaman. Kita juga sudah mengajak para petani untuk turun kesawah, karena saat ini sudah waktunya musim tanam,"ungkap dia.
Namun lanjutnya, dikarenakan kendala air tidak masuk ke areal pertanian, para petani tidak mau turun. "Karena air merupakan faktor penting dalam mengolah persawahan, kalau tidak ada air dengan apa mereka mengolah lahan pertaniannya,"pungkas Ramli.
Dia berharap, pemerintah daerah untuk mengatasinya terlebih dahulu, supaya air dapat mengalir kembali seperti semula.
"Kalau menunggu perbaikannya tentunya lebih lama lagi, karena aliran air irigasi ini sangat diharapkan petani. Selain itu hanya berharap pada turunnya hujan.
Dengan kejadian ini sebut Ramli, para petani banyak yang berpikir bahwa selama satu tahun ini air tidak akan mengalir. Sehingga mereka mulai beralih ke ladang jagung.
"Kalau upaya yang kita lakukan untuk melaporkan kondisi yang terjadi, sudah sana kesini, termasuk mengirim foto-foto kerusakan irigasi ke Gubernur dan pejabat kementerian di Jakarta,"ungkapnya.
Intinya lanjut dia, surat resmi dari kepala daerah atau pihak yang terkait dengan persoalan ini yang belum sampai ke pihak BWSS V. (wrm)
No comments:
Post a Comment