Adapun tujuan konseling trauma ini yaitu menghilangkan trauma pada masyarakat korban gempa. Tim konseling trauma BK FIP UNP berusaha untuk membantu agar masyarakat Pasaman-Pasaman Barat korban bencana gempa itu tidak lagi mengalami trauma dalam diri mereka.
Tim konseling trauma ini turun ke lapangan setelah dua minggu pasca gempa, karena dalam waktu itulah yang efektif untuk melakukan konseling trauma, tepatnya di daerah Kampuang Aua dan Jorong I.
Kegiatan ini dibagi atas 3 tim yaitu, Tim 1 Konseling Trauma Anak-anak ( Mahasiswa Program Studi S1), bertugas menghilangkan trauma yang ada pada anak-anak korban pasca gempa. Pendekatan yang dilakukan diantaranya Terapi seni (mewarnai, menyusun puzzle, finger painting dan kelompok) yang mana melalui terapi seni dapat diketahui bahwa apakah anak tersebut mengalami trauma dan sekaligus melakukan proses teraputik.
Zikra dari tim konseling trauma menyampaikan ada salah seorang anak mewarnai gambar dengan warna yang dominan coklat yang mana alasan anak tersebut bahwa dia masih ingat dengan bencana galodo yang berwarna coklat.
"Disamping itu anak-anak yang mewarnai dengan tidak rapi maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut memiliki sedikit trauma dan juga sambil mewarnai tim konseling trauma juga menanyakan hal-hal kecil kepada anak-anak korban gempa," jelas Zikra.
Selanjutnya menyusun puzzle yang bertujuan untuk melihat apakah anak-anak korban gempa masih mampu berpikir dengan fokus atau tidak.
"Dan ada juga Finger Painting yaitu anak-anak diminta untuk mencari warna sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya, melalui warna dapat dilihat bentuk keinginan dari anak-anak tersebut," kata Zikra.
Tim 2 dan 3 Tim Konseling Trauma Remaja dan Dewasa (Terdiri dari Dosen Mahasiswa S2, S3, dan Mahasiswa Pendidikan Profesi Konselor), tidak sedikit remaja dan dewasa yang juga mengalami trauma dan phobia pasca bencana gempa, Untuk membantu proses pemulihan Tim menggunakan Ifdil perceptual light technique (IPLT) (teknik yang dikembangkan oleh Dosen BK FIP UNP Ifdil, S.HI, S.Pd, M.Pd, Ph.D, Kons) yang sekaligus menjadi ketua TIM Konseling Trauma.
Lebih lanjut menurut Zikra, masyarakat disana hanya memiliki trauma yang mendalam terhadap gempa dan dampak pengiringnya, dan lebih lanjut mereka juga menghawatirkan keberlangsungan kehidupannya kedepannya serta bagaimana bisa kembali menjadi normal kedepannya.
"Beberapa dari masyarakat kehilangan semangat akibat memikirkan kelangsungan hidup normal tadi, karena mereka tidak mempunyai biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah anak-anaknya, serta untuk kehidupan selanjutnya, dan hingga sekarang pun mereka hanya mengharapkan bantuan-bantuan yang dikirimkan ke lokasi sepertinya masyarakat korban gempa juga membutuhkan uang untuk membangun rumah mereka," tambah Zikra.
Beberapa kegiatan lain yang dilakukan adalah asesmen, intervensi, pelayanan konseling trauma dan treatment pada korban bencana gempa serta pemberian bantuan bahan pokok, pakaian layak pakai dan bantuan finansial. (Laras/IF/Humas UNP).
No comments:
Post a Comment