FS.Muba(SUMSEL)-Puluhan Kepala Keluarga (KK) Dusun II Rimba Rakit Desa Sukamaju Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin keluhkan lambannya perusahaan menanggapi keluhan masyarakat terkait debu dan getaran yang dihasilkan dari mobil angkutan batubara.
Sejak Bulan Mei 2022 aktivitas angkutan Batubara PT. Baturona Adimulya dari tambang menuju pelabuhan mengalami peningkatan sehingga menyebabkan debu dan getaran yang berdampak pada kesehatan, bangunan dan ekonomi warga.
Dari pantauan dilokasi, bahwa debu yang berlebihan dari aktivitas angkutan batubara telah menyebabkan beberapa permasalahan. Dilaporkan dari data Ketua RT setempat 12 rumah mengalami keretakan bangunan terutama di jalan masuk ke Pelabuhan PT. Baturona Adimulya.
Saat dikonfirmasi melalui sambungan telpon celluler, Herman Pelani Ketua Rukun Tetangga (RT) 03 Dusun II Rimba Rakit Desa Sukamaju menyebut ada 12 rumah yang mengalami keretakan bangunan dari dampak getaran.
“Kami sudah pernah mendata pada tahun 2022 lalu ada sekitar 12 rumah yang mengalami keretakan bangunan, saat ini belum kami data lagi kemungkinan bertambah” Kata Herman. Sabtu, (05/08/2023).
Dari keretakan bangunan tersebut sudah pernah dilaporkan kepada perusahaan terkait dan warga terdampak sudah pernah menerima kompensasi yang menurut warga tidak sesuai.
“Setelah pendataan kerusakan bangunan sudah kami laporkan ke perusaahaan namun kompensasinya tidak sesuai. Setiap rumah hanya diberi kompensasi sebesar Rp.500.000., itu tidak sebanding dengan bangunan kami yang rusak” Ujar Herman Ketua RT dan Juga Selaku Korban yang rumahnya terdampak getaran mobil angkutan batubara.
“Debu yang tebal dijalan terutama simpang pelabuhan dan getaran yang timbul karena bertambahnya mobil angkutan batubara yang keluar masuk.” Terang Herman.
Sutardo Humas Pelabuhan PT. Baturona Adimulya mengatakan terkait debu pihaknya sudah melakukan penyiraman melalui Pemerintah Desa.
"Terkait debu kita sudah ada penyiraman melalui desa." Ujar Sutardo
saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp.
"Untuk masalah getaran jika terjadi kerusakan bangunan silahkan di usulkan kami biar kami cek dan tidak lanjut." Sambungnya.
Warga telah berulang kali berkirim surat dan pesan WhatsApp kepada Kepala Tehnik Tambang (KTT), namun mereka mengeluhkan lambannya perusahaan dalam menanggapi dan memberikan solusi masalah tersebut.
Dikatakan Ayatullah Komayni salah satu warga yang rumahnya terdampak mengatakan karena kembalinya beroperasi aktifitas penambangan, maka meningkat pula mobil angkutan batubara yang menghasilkan debu di jalan lintas timur simpang pelabuhan baturona adimulya.
“Aktifitas tambang yang kembali beroperasi, juga membawa peningkatan jumlah mobil tronton dan truck yang melintas di jalan lintas timur.” Ungkap Ayatullah saat dijumpai di kediamannya baru-baru ini.
“Banyaknya debu tersebut karena tanah menempel diban mobil tronton angkutan batubara dari dalam pelabuhan ke jalan raya lintas timur (simpang pelabuhan baturona) sehingga tanah tersebut menumpuk diaspal dan menjadi debu.” Imbuh Ayatullah.
Hal tersebut mengganggu yang berdampak pada kesehatan, bangunan rumah dan ekonomi warga.
“ini mengganggu masyarakat baik masalah kesehatan, lingkungan, rumah berdebu, menganggu kegiatan usaha seperti warung, rumah makan dll. disamping itu dampak lain dari angkutan batubara adalah Kebisingan dan Getaran yang kuat yang mengakibatkan rumah-rumah warga mengalami keretakan.” Tegas Ayatullah Komayni.
Ia menceritakan sudah berulang kali menghubungi KTT tambang melalui pesan WhatsApp namun hanya di jawab “baik pak terima kasi, akan kami sampaikan ke Pimpinan pelabuhan. Namun hingga kini belum ada respon cepat turun kelapangan cek lokasi.
"Kami hanya ingin Perusahaan turun ke lapangan dan cek situasi dan mencari solusi bersama, kalau tidak ada tindak lanjut tentu warga akan melaporkan ke Dinas-dinas terkait bahkan sampai ke Bupati dan Gubernur." tegasnya.
Sementara itu Zulkipli pemilik warung makan Putri Bungsu mengaku mengalami penurunan Omzet penjualan akibat banyak debu di jalan simpang pelabuhan baturona.
“Dari beberapa bulan terakhir warung makan kami mengelami penurunan omzet, pelanggan sungkan mau mampir makan karna banyak debu, hampir tiap waktu bahkan tiap jam kami sudah bersihkan tapi itulah tetap kalah sama debu.” ungkapnya.
Ia menuturkan Pihak Perusahaan Baturona memang sudah melakukan penyiraman dengan waktu tertentu namun cara itu dinilai kurang efektif.
“Baturona sudah melakaukan penyiraman dengan waktu-waktu tertentu tapi cara ini juga kurang efektif karena setelah disiram jalan pelabuhan jadi berlumpur sisa-sisa lumpur menempel di ban mobil sehingga saat lumpur itu kering diaspal malah jadi debu.” terang Zulkipli.
“Kami berharap Perusahaan segera turun kelapangan cek lokasi dan sama-sama kita mencari solusi dari permasalahan ini.” harapnya.(**)
No comments:
Post a Comment