Awak Media Saat Wawancara Dengan Kabid. Kesmas Dinas Kesehatan Pariaman, Susrikawati |
FS.Pariaman---Kasus Meninggalnya bayi di Kota Pariaman meningkat dalam 4 tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti lingkungan yang kumuh, kekurangan gizi ibu ketika hamil dan jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Susrikawati Kabid. Kesmas (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat) Dinas Kesehatan Kota Pariaman mengatakan pada Kamis (9/11/23), usia bayi yang meninggal itu rentang usia 0-28 hari (kurang 1 bulan).
Dia mengungkapkan, pada tahun 2023 s/d Oktober tercatat pada data bayi yang meninggal diangka 20,8/1000 orang Kelahiran Hidup (KH). Pada tahun 2022 di angka 17,4/1000 KH. Sedangkan 2021 di angka 13,9/1000 KH dan di 2020 8,4/1000 KH.
Kata nya, data tertinggi itu ada di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Pauh Kec. Pariaman Tengah, 70% dari total kasus bayi yang meninggal, selanjutnya Puskesmas. Naras dan yang terendah di Puskesmas. Desa Air Santok.
"Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi setiap tahun. Diantaranya lingkungan yang kumuh, sanitasi jamban yang tidak sehat dilingkungan tempat tinggal ibu hamil. Dapat menyebarkan bakteri ecoli yang secara tidak sengaja terkonsumsi oleh ibu hamil melalui makanan atau air sumur yang digunakan,"ujar Susrikawati.
Ia juga menyayangkan belum adanya Intalasi Pengolahan Limbah Rumah Tangga (IPL RT), disetiap desa. Padahal Kota Pariaman sudah berdiri selama 20 tahun.
Lebih lanjut Susrika mengatakan, selain itu faktor kekurangan gizi disaat ibu hamil juga rentan pada kematian bayi. Dikarenakan asupan gizi untuk bayi yang dikandung tidak terpenuhi sebagaimana yang dibutuhkan.
"Jarak kelahiran yang terlalu dekat karena tidak tercapainya program KB (Keluarga Berencana) secara menyeluruh, hanya diangka 50%. Beresiko juga pada bayi dalam kandungan. Dampaknya bayi yang lahir bisa jadi dalam kondisi prematur dan kuning,"ungkap Susrikawati.
Dia mengatakan, Solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan Skrening pada Layak Hamil pada Catin (Calon Pengantin) bekerjasama dengan Kemenag. Setempat, Dinas pendidikan, Dinas Capil dan Dinas Sosial.
"Mudah-mudahan di tahun 2024 angka kematian bayi dapat ditekan. Tentunya dengan dukungan seluruh stake holder yang ada, tidak hanya pemerintah saja namun juga dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bergizi,"kata Susrika
Susrika juga mengatakan, meskipun program penurunan angka stunting telah dijalankan. Namun tidak akan berdampak signifikan, jika hanya bergerak pada pemerintah daerah saja. Untuk itu dibutuhkan kesadaran dan perilaku hidup sehat pada masyarakat terutama pada lingkungan yang padat penduduk. (wrm)
No comments:
Post a Comment