Makmur, sedang di areal persawahan yang ditanami pakai metode MTOT, Sabtu (26/10) |
FS.Pessel(SUMBAR)- Makmur (76), petani di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat terlihat sumringah ketika panen padi Musal Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang baru pertama kali dicobanya berhasil.
Tidak hanya berhasil, Makmur juga mengaku menanam padi menggungakan metode MTOT mendapatkan hasil panen dua kali lipat dari padi konvensional.
"Alhamdulillah, baru pertama kali mencoba menanam padi dengan metode ini (MTOT), hasilnya dua kali lipat dari padi yang biasa saya tanam," ungkap Makmur kepada wartatawan saat berkunjung ke areal persawahan di Nagari Koto Berapak, Kecamatan Bayang, Pesisir Selatan, Sabtu (26/10/2024).
Makmur menambahkan, biaya menanam padi pakai metode MTOT jauh lebih murah dari padi konvensional.
"Besoknya insyaallah saya akan mencoba menanami seluruh sawah saya dengan metode MTOT ini. Disamping pokok murah, hasilnya juga melimpah," ujar Makmur yang sudah puluhan tahun menjadi petani itu.
Diketahui MTOT adalah teknik pertanian yang menggunakan lapisan organik untuk menutup tanah. Lapisan organik tersebut bisa berupa jerami, rumput kering, atau daun-daunan.
MTOT merupakan program dari Udara Bersih Indobesia (UBI) sebuah organisasi peduli lingkungan, bagian dari Farmers' Initiatives for Ecological Livelihood and Democracy (FIELD) Indonesia.
Sementara Ketua UBI Sumatera Barat, Isra menyampaikan, budidaya padi sawah dengan sistem MTOT sangat menguntungkan petani karena menggunakan jerami sebagai pupuk dan menghasilkan angka panen yang lebih tinggi.
"Sawah sistem MTOT ini memiliki biaya yang jauh lebih murah karena memanfaatkan jerami sebagai pupuk. Ini akan menguntungkan petani karena uang yang biasa digunakan untuk membeli pupuk, bisa ditabung," katanya.
Ia mengatakan pengolahan sawah dengan sistem MTOT ternyata juga bisa meningkatkan produksi padi. Dari pengalaman petani yang telah menggunakan sistem itu, hasil panen bisa mencapai 7,8 ton per hektare. Sementara menanam padi konvensional hanya berkisar 4 ton per hektare.
"Petani juga terbebas dari biaya untuk menyewa mesin bajak karena dengan sistem ini, tanah sawah tidak perlu dibajak, tetapi dibuat bedeng untuk aliran air," tutupnya.(*)
No comments:
Post a Comment